Taliban Larang Perempuan Afghanistan Bepergian Sendiri

By Nad

nusakini.com - Internasional - Taliban mengatakan wanita Afghanistan yang ingin melakukan perjalanan jarak jauh melalui jalan darat harus ditawari transportasi hanya jika ditemani oleh kerabat laki-laki.

Arahan yang dikeluarkan pada hari Minggu (26/12) ini, adalah pembatasan terbaru pada hak-hak perempuan sejak kelompok Islam tersebut merebut kekuasaan pada bulan Agustus lalu.

Mayoritas sekolah menengah tetap tutup untuk anak perempuan, sementara sebagian besar perempuan dilarang bekerja.

Kelompok kampanye Human Rights Watch mengatakan pembatasan baru ini semakin membuat perempuan Afghanistan seperti tahanan di negara mereka.

Heather Barr, direktur asosiasi hak-hak perempuan organisasi tersebut, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa perintah itu "menutup kesempatan bagi [perempuan] untuk dapat bergerak bebas" atau "untuk dapat melarikan diri jika mereka menghadapi kekerasan di rumah".

Arahan terbaru, yang dikeluarkan oleh Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan Taliban, mengatakan wanita yang bepergian lebih dari 72 km harus ditemani oleh anggota keluarga pria.

Dokumen tersebut menyerukan pemilik kendaraan untuk menolak tumpangan kepada wanita yang tidak mengenakan penutup kepala atau wajah Islami, meskipun tidak disebutkan jenis penutup yang digunakan. Sebagian besar wanita Afghanistan sudah mengenakan jilbab.

Dokumen tersebut juga mencantumkan larangan pemutaran musik di dalam kendaraan.

"Saya merasa sangat buruk," Fatima, seorang bidan yang tinggal di Kabul, mengatakan kepada media BBC, menanggapi arahan tersebut. "Saya tidak bisa keluar sendiri. Apa yang harus saya lakukan jika saya atau anak saya sakit dan suami saya tidak ada?"

Dia menambahkan: "Taliban merebut kebahagiaan kami... Saya telah kehilangan kemerdekaan dan kebahagiaan saya."

Seorang wanita Afghanistan lainnya mengatakan kepada BBC bahwa, meskipun tindakan itu akan membantu beberapa wanita "merasa nyaman", pendampingan keluarga bukanlah jaminan terhadap kekerasan dan pelecehan.

Dia merujuk pada sebuah insiden di Paghman pada 2015 ketika empat wanita diculik dari keluarga mereka di bawah todongan senjata dan kemudian diperkosa beramai-ramai.

"[Taliban] harus menciptakan lingkungan di seluruh negeri sedemikian rupa sehingga perempuan merasa aman," tambahnya.

Sejak mengambil alih kekuasaan setelah kepergian pasukan AS dan sekutu, Taliban telah mengatakan kepada sebagian besar pekerja perempuan untuk tinggal di rumah sementara sekolah menengah hanya dibuka untuk anak laki-laki dan guru laki-laki.

Taliban mengatakan pembatasan itu "sementara" dan hanya berlaku untuk memastikan semua tempat kerja dan lingkungan belajar "aman" bagi perempuan dan anak perempuan. Selama pemerintahan mereka sebelumnya pada 1990-an, perempuan dilarang mendapatkan pendidikan dan tempat kerja.

Bulan lalu, kelompok tersebut melarang perempuan tampil dalam drama televisi dan memerintahkan jurnalis dan presenter perempuan untuk mengenakan jilbab di layar kaca.